Karya: Rezki Wening Hayuningtyas
Danar Mahendra, seorang mahasiswa perantau. Salah satu mahasiswa terkenal di fakultasnya. Wajah tampan, pintar, dan aktif menjadi alasan mengapa ia disukai banyak cewek-cewek.
Namun dia bukanlah seorang cowok fakboy. Di otaknya hanyalah kuliah, kuliah, dan kuliah. Cita-citanya menjadi seorang pengusaha sukses juga membahagiakan orangtua. Untuk masalah percintaan, merupakan nomor kesekian untuknya.
Siang itu, Danar menghadiri suatu seminar tentang kewirausahaan. Sendiri, mengendarai mobil honda Jazz miliknya. Memutar lagu 'Dia ~ Maliq & D'essentials' kesukaannya. Hari itu sangat aneh, ketika lagu itu diputar, Danar berangan-angan tentang siapa wanita yang akan ia cintai nanti.
Setibanya di sana, Danar mampir ke coffee shop yang berada di samping ruangan seminarnya. Ia tiba lebih cepat dari perkiraan, karena ternyata jalanan yang dilaluinya begitu lancar, tidak macet seperti biasanya.
Untuk pertama kalinya pandangannya teralih pada seorang cewek manis yang duduk di samping mejanya. Danar merasakan ada yang berdebar di dadanya, ternyata ponsel di saku bajunya berdering. Ia lupa mematikan alarm. Tetapi setelah itu, dadanya masih tetap berdebar. Danar ingin kenalan dengan si cewek, tapi ia mengabaikan keinginan anehnya itu.
Danar beranjak pergi ke ruangan seminar karena akan segera dimulai. Ia mengabaikan perasaan aneh yang terjadi padanya. Dalam hati ia berkata : Apaan sih aku? Kenapa bisa kayak gitu?
Danar terkejut, ternyata cewek itu juga peserta seminar. Duduk tepat di samping Danar. Rasa penasaran Danar semakin menjadi, ia berniat berkenalan setelah seminar. Hal itu membuat Danar tidak fokus akan topik seminar, dan sesekali ia melirik ke cewek di sampingnya.
Seminar telah usai, Danar merapikan rambutnya dan mulai memberanikan diri.
'Hai, halo??' sapa Danar
'Kenapa ya?' kata si cewek
'Boleh kenalan? Aku Danar' kata Danar sembari menjulurkan tangannya
'Ha? Hehe iya boleh, aku Anissa' kata si cewek
'Anissa, hai seneng bisa ketemu. Boleh nggak minta nomor Whatsapp nya?' tanya Danar
'Boleh' jawab si cewek sambil mengetik nomornya di ponsel Danar.
'Thanks ya, Nis. Sampai ketemu di chat'
'Iya, Dan. Aku balik duluan ya, udah ditungguin mama' kata Anissa.
'Iya, tiati yaa' kata Danar dan melambaikan tangannya.
Danar masih kebingungan, ternyata ia masih bisa merasakan degdegan ketika ketemu cewek setelah sekian lama ia terbelenggu dalam ambisinya. Intinya Anissa 'Spesial'.
Seperti pasangan-pasangan lainnya yang sedang pdkt. Danar dan Anissa 24/7 chatan. Semakin lama ngobrol, mereka semakin merasa nyambung. Tiap malam minggu, mereka jalan ke mal. Entah untuk ke bioskop, atau hanya sekedar makan di Sushi Tei. Sushi Tei makanan kesukaan Anissa yang ternyata juga kesukaan Danar.
'Sushi Tei makanan kesukaan aku loh, Dan. Kalo kamu apa? Minggu depan gantian aku yang nyobain makanan kesukaan kamu.' kata Anissa
'Aku suka Sushi Tei juga, gimana dong?' jawab Danar
'Seriusan?? OMG, kok bisa sih? HAHAHA, lucu banget. Kebetulan banget.' jawab Anissa sambil tertawa manis. Danar tak bisa memalingkan pandangannya dari gadis manis itu.
'Iya deh, kok samaan ya? Jangan-jangan kita joo....' kata Danar merayu
'Jooooker' jawab Anissa melucu, Danar tertawa walaupun jokes Anissa sangat garing baginya.
3 bulan PDKT, Danar berniat menembak Anissa untuk menjadi pacarnya. Hari itu tanggal 23 April, ia memesan 23 bunga mawar merah kesukaan Anissa, 4 coklat dairy milk, dan 1 boneka beruang coklat. Ia berniat menjalankan rencananya di rumah Anissa.
Pukul 19.00 WIB, Danar telah sampai di rumah Anissa. Ia mengetuk pintu rumah Anissa, dan yang membukakan pintu adalah bapak Anissa.
'Paket mas?' tanya bapak Anissa.
'Bukan, Om. Saya temennya Anissa. Anissa nya ada?' kata Danar meringis.
'Oh temennya Anissa. Dia lagi keluar sama pacarnya' jawab si bapak.
'Pacarnya?' tanya Danar terkejut.
'Iya, si Andre' kata bapak Anissa.
'Yaudah, Om. Saya pamit. Permisi.' kata Danar sambil berangsur pergi.
Hatinya hancur, Anissa cinta pertama Danar. Ternyata Anissa juga cewek pertama yang membuatnya hancur. Seperti manusia lainnya, Danar pun bisa menangis. Ia merasa cintanya yang tulus terbuang sia-sia. Namun ia masih ingin mendengarkan penjelasan dari Anissa. Setelah sampai di rumah pukul 21.00 WIB, Danar menghubungi Anissa via telepon.
'Halo'
'Halo, Nis'
'Kenapa, Dan?'
'Gapapa, aku cuma mau tanya sesuatu sama kamu'
'Sok atuh'
'Kamu udah punya pacar, Nis?'
'Iya, Dan. Namanya Andre, kita udah pacaran 2 tahun. Kita LDR, Andre kuliah di Padang. Kemarin dia datang ke Jakarta. Dan hari ini kita ngedate. Kenapa?'
'Kenapa kamu nggak cerita ke aku?'
'Ya buat apa? Kita kan cuma temenan, Dan. Temen have fun. Kamu juga gapernah nanya tentang hal itu. Emang kenapa?'
'Aku jujur, Nis. Sebenernya aku tuh sayang sama kamu, aku suka sama kamu. Tadi aku ke rumah kamu buat nembak kamu. Tapi kata bapak kamu, kamu lagi jalan sama pacar kamu. Setelah tau hal itu. Aku minta maaf, Nis. Mungkin aku yang terlalu baper, terlalu berharap ke kamu. Langgeng ya sama Andre'
'Ya ampun, Dan. Kamu seriusan? Aku minta maaf, Dan. Aku nggak pernah ceritain ini semua ke kamu. Karena aku juga cuma nganggep kamu temen aku. Dan emang kenyataannya aku udah punya Andre, jadi aku gabisa nerima kamu juga. Maaf ya, Dan. Aku harap kamu bisa mengerti'
'Iya, Nis. Aku ngerti'
Setelah percakapan itu Anissa memblokir semua sosmed Danar. Kesedihan Danar semakin menjadi. Yang sakit hati siapa, yang memblokir siapa. Hal itu menjadikan Danar trauma berkenalan dengan cewek lagi. Namun ia tetap berusaha tegar dan menjalani hari-harinya. Ia kembali fokus pada kuliahnya dan juga cita-citanya. Meskipun bayang-bayang Anissa dan kenangan mereka masih sering menghantui pikirannya.
Komentar
Posting Komentar